Rabu, 07 Oktober 2015

perjalanan ke Pulau Maratua - Bersama Tim

Pada edisi kali ini kami akan bercerita tentang pengalaman perjalanan yang di lakukan oleh Tim Jejak Budaya yang barasal dari kota Bontang menuju pulau maratua di kabupaten Berau Kalimantan Timur.

Sebelum mengetik cerita perjalanan tim jejak budaya - yok kita sruput dulu kopi Etam biar sedikit santai.Serta mengucapan Syukur yang tak terkira pada Allah SWT yang telah menciptakan dan menganugerahkan kekayaan alam yang luar biasa kepada bumi pertiwi Indonesia,Sholawat juga salam semoga senantiasa terlimpahkan kehadiran junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ( zahiliyah ) menuju zaman yang terang benderang dengan sagala keteladanya. tak lupa terima kasih juga kepada keluarga jejak budaya di manapun berada yang tetap semangat melakukan penelusuran jejak dengan konsep " Alam adalah pengikat Budaya " tanpa melakukan perjalanan kita tak akan tahu secara nyata akan jejak sejarah,perkembangan,hingga perubahan alam dan budaya seperti pepatah tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak cinta,,

upsss kok kaya sambutan ketua RT aja yaaa..
okey mari kita mulai bercerita perjalanan tim jejak budaya ke - kabupaten Berau - gasss polll

Fajar di kota Bontang 
Pagi itu Tanggal 9 agustus 2015  dari Kota Bontang ,ketika Semburat merah sang fajar yang menyingsing yang siap mengawal perjalanan bumi ini menuju ke barat,ketika cahanya membuat pantulan di atas embun dedaunan,ketika cahayanya menyapa mesra para penduduk bumi,ketika cahayanya siap menyambut riang gembira kicauan burung dan bunga yang bermekar ria.

Ahmad Idink bersama 5 rekanya yaitu : M Ramly.M.Qulby ,Stenly ,Adam dan Gilang telah bersiap melakukan perjalanan untuk menuju pulau Maratua untuk belajar menelusuri jejak yang sekarang menjadi salah satu  surga di bumi borneo 

Berangkat dari Bontang dengan menggunakan jasa rental mobil charter tepatnya jam 06.00 wita memalui kecamatan Bengalon - Kutai timur,setelah menempuh perjalanan selama 12 jam akhirnya rombongan tim jejak budaya sampai di Kabupaten Berau pada jam 18.00 wita.sepanjang perjalanan tim jb beberpa kali istirhat di antaranya di bengalon ,gunung kombeng dan istirahat terakhir di sebuah perkampungan Suku Dayak.
Ketika  sampai di Berau tim silahtiromi sekligus menginap  di rumah keluarga Idink,karena lelaj setelah menmepuh perjalanan yang lumayan lama dengan mendengar suara dengkuran ( Ngorok ) si Adam yang menimakti tidur sepanjang perjalanan .
Keesokan harinya pada tanggal 10 Agustus 2015 baru memulai perjalanan di awali di  ke Museum Batiwakkal kesultanan Berau  namun sayang musium masi dalam keadaan tutup karna di renovasi alhasil kami nyebrang naik kapal ke untuk menikmati pesona kota Berau  dan kmbali ke rumah keluarga pada waktu sebelum dzuhur.

Setelah cukup istirahat di kota Berau tepatnya di tanjung Redeb  tim jejak budaya pada jam 15.00 wita kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju ke daerah Tanjung batu.
Tanjung Batu adalah perkampungan yang merupalan bagaian kecamatan pulauan Derawan yang merupakan salah satu akses untuk menuju Maratua.
untuk menuju Tanjung Batu dari Tanjung Redeb bisa menggunakan minibus atau bisa menggunakan jasa angkutan travel yang ada di Tanjung Redeb. Dan dalam perjalanan kali ini tim jejak budaya lebih memilih menggunakan angkutan minibus,hingga sampai pada Tanjung Batu pada jam 17,45 Wita.
setelah sampai Tanjung batu Tim jejak budaya istirahat di salah satu rumah warga juga mempersiapkan segala keperluan untuk menuju maratua.
pamit dulu mau tidur nyenyak dulu - karena besuk pagi - pagi harus siap mabuk laut hehehe

Okey para pembaca ,kita lanjutkan cerita perjalanan tim jejak budaya,yaaah walau yang ngetik gak bisa bikin certita lucu,setidaknya kelak catatan ini bisa menjadi jejak perjalanan dari 5 pemuda yang kabur dari kerjaan hehhehe.

Perjalanan kali ini melalui jalur laut dan si adam dan stenly sudah nelan  obat antimabok yaitu nasi bungkus dengan dua Porsi.
Keberangkatan menuju Maratua dari Tanjung batu di lajutkan pada 07.45 wita dengan mengunakan kapal  barang.
bagi teman - teman pembaca kalau punya modal dan pengen cepat sampai ke maratua,di dermaga Tanjung batu juga menyediakan Speedboat dengan tarif 2,5 juta dengan jumlah minimal 15 orang.
nah berhubung tim Jejak budaya berangkat dengan modal tipis yaa naik kapal barang -mau berenang kwatir salah jalur heheh.

setelah menikamati desiran angin laut dan birunya langit,kapal barang yang tim tumpangi terus melaju,ketika jam 08,45 sang awak kapal menunjukan di seberang sebuah pulau yaitu pulau Derawan yang kini sudah ramai di kunjungi wisatwan dan mulai padat para pendatang untuk berjualan atau sedikit meninggalkan sampah.mungkin kurang memahami tentang sebuah budaya untuk senantiasa menjaga dan merawat alam.


Akhirnya Tim jejak budaya melihat kebiru mudaan laut di suatu teluk namanya Maratua itu pada jam 11.18 wita oia luapa menyebutkan Tanggal, 12 Agustus 2015.Dari dermaga Tanjung Batu ke Maratua perjalanan dengan waktu, sekitar kurangg lebih 5 jam karna kapal  berjalan santai 

Alhmadulillah pada jam 13,00 wita kapal yang di tumpangi tim sampai di dermaga Teluk alu -alu
Setibanya di dermaga desa Teluk alulu warga beserta anak - anak menyambut tim dengan senyum dan ramah -tamah dan Inilah budaya Indonesia sesungguhnya , hingga untuk menuju rumah warga sebagaian membawakan barang- barang yang di bawa oleh Tim Jejak budaya .
dan ada beberapa orang menawakan menginap di rumahnya. bagi tim hal ini adalah sungguh sambutan yang sangat luar biasa.

pesona alam maratua dan keramah -tamahan warga adalah Surga di Timur borneo






Tari Dalling merupakan tari tradisional yang dilestarikan Suku Bajau di Pulau Maratua secara turun temurun. Suku Bajau yang berasal dari Kepulauan Sulu, Filipina Selatan biasanya hidup secara nomaden atau berpindah-pindah di laut dengan mata pencaharian utamanya sebagai nelayan. Tarian Khas Suku Bajau ini diselenggarakan untuk menyambut tamu kehormatan. Selain itu, tarian ini juga kerap ditampilkan pada acara tertentu, seperti pesta adat, perkawinan, khitanan dan berbagai kegiatan keramaian di kampung-kampung.

Tari Dalling merupakan gerakan seluruh badan mengikuti irama tertentu. Tarian ini ditampilkan minimal oleh empat penari. Busana dari tarian Dalling biasanya berwarna mencolok. Alat musik yang digunakan untuk menciptakan irama musik yaitu, gong, klenengan dan gendang rebana


Bersambung
yang ngetik kehabisan Kopi jadi agak ngantuk ....
masih banyak cerita selama tim jejak budaya di pulau maratua

salam dari Timur boneo
sumber : ahmad idink
editor : cikal

0 komentar: