Kamis, 08 Oktober 2015

Kemah di Danau Jempang /Kenohan - Ngelemba

Melanjutkan Postingan sebelumnya tentang Kegiatan " Ngelemba Ke danau Jempang"
kali ini langsung saja yaa gan bercerita tentang perjalanan kami menuju ke danau jempang dari kelurahan Penyinggahan hulu.
di sebabkan terbatasnya waktu para peserta di berikan kesempatn untuk untuk berjalan ke desa atau mandi di sungai mahakam yang menjadi kebiasaan warga yang tinggal di pinggiran sungai mahakam. 
dan dilanjutkan menikmati menu makana khas penyinggahan gangan labu.Ikan asin ( pija ) sambal kwini ,ikan bakar dll. sungguh nikmat yang luar biasa setelah menepuh perjalanan dengan debu dan asap rata - rata para peserta menambah sampai 3 kali hehehe.
dan tak terasa jam sudah menujukan 16,00 wita jadi salah satu agenda untuk melihatburung enggang di tiadakan di smapng faktor waktu ,kabut asap juga mempengaruhi keberadaan burung enggang di kelurahan penyinggahan hulu.Setalah selesai sholat ashar jam 16.30 wita melakukan persiapan untuk menuju danau jempang atau warga sering menyebut Kenohan.

Danau Jempang/Kenoghan terletak di antara kecamatan tanjung Isuy dan kecamatan penyinggahan Kutai Barat yang mana merupakan sebuah danau yang luasnya 15,000 hektare yang juga bagain penopang mata pencaharian penduduk sekitar dengan memanfaatkan sebagai tambak atau objek wisata .selain itu danau jempang juga memiliki perjalanan sejarah pada rakyat Tanjung Isuy.

Kecamatan Tanjung Isuy (Kabupaten Kutai Barat ) yang terkenal dengan dara-dara Tunjungnya, yang pandai membawakan tarian khas daerahnya baik tua maupun muda, tentu tak akan memisahkan nama Tanjung Isuy dengan danau Jempangnya. Nama Tanjung tak akan lebih dikenal tanpa danau Jempang. Tak jauh dari Danau Jempang dengan pemandangan alamnya yang asli dan indah, ditambah lagi kesayupan mata memandang, berdiri pula dengan megahnya Gunung Meratus.
Menurut sahibul hikayat, pada waktu dahulu Danau Jempang belumlah ada. Danau Jempang berasal dari sebuah gunung yang bernama Gunung Jempang. Selain Gunung Jempang berdiri pula Gunung Nungan, Gunung Konyut, dan Gunung Pamungkas.
Diceritakan, suatu ketika datanglah Ayus yang disuruh oleh Lintang Olo untuk menjumpai Gunung Nungan, Gunung Jempang, Gunung Konyut, Gunung Meratus, dan Gunung Pemangkas, untuk membicarakan masalah peleburan gunung-gunung tersebut demi mudahnya daerah tersebut dikunjungi orang.Apabila mereka (Gunung-gunung) masih merupakan gunung, maka akan sulit orang berkunjung ke sana. Paling-paling terbatas hanya pada orang-orang yang memang berniat untuk pergi ke sana saja. Atas saran dan anjuran Ayus, mereka semua sepakat dan berjanji bahwa gunung-gunung itu bersedia untuk dilebur menjadi air. Ayus pun berjanji, bahwa dalam waktu delapan hari delapan malam mereka semua akan meleburkan diri menjadi air.
Tepat pada hari yang dijanjikan, maka leburlah Gunung Jempang menjadi air berbentuk danau. Ketika Gunung Jempang menoleh ke Gunung Meratus, Gunung Nungan, Gunung Konyut, ternyata mereka masih tetap berdiri megah di tempatnya menjadi bagian dari Gunung Meratus. Melihat semua ini, betapa marahnya Gunung Jempang yang telah berubah menjadi air itu, sambil mengucap kata-kata, “Gunung Meratus kau ternyata mengingkari janji!”
Gunung Meratus menjawab, “Aku tidak mengingkari janji, Jempang. Akan tetapi jika kita semua menjadi air menurutku itu akan tidak bagus. Maka aku lebih memilih tetap menjadi gunung, menjadi perhiasan kau Jempang!”
Akan tetapi, Gunung Jempang yang sudah menjadi danau itu semakin marah tak bisa mengendalikan emosinya. Ia pun bersumpah serapah, “Baik! Jika demikian aku akan balas dendam, barang siapa yang menyeberangi atau mengarungi Danau Jempang ini dengan menyebut nama Gunung Meratus, maka di saat itu juga akang datang angin topan yang sangat dahsyat, dan itu sebagai tanda kemarahanku!”
Konon sampai sekarang orang-orang yang mengarungi Danau Jempang tabu untuk menyebut nama Gunung Meratus karena takut terkena musibah terkena sumpah Danau Jempang yang tadinya berasal dari Gunung Jempang.(SP- Wallahu’alam)

Sumber : A. Soebli Arief (Buku Kumpulan Cerita Rakyat Kutai Tahun 1979 - Balai Pustaka - PNRI)







Danau jempang



dan malam harinya di isi kegiatan dengan perkenalan satu sama - lain 
diskusi di awali oleh cikal sekaligus mederator dengan nara sumber Candra dari Wandri,Trocok dari wamapala Unikarta ,Mirza dari exotickaltim bahwa banyak pengalam dan pelajaran yang di dapat dari informasi pengalaman satu samalain .


paginya setelah keliling di perkampungan terapung yeng berada di tengah danau jempang pada 07.00 wita peserta rombongan kembali menuju kelurahan penyinggahan hulu untuk kembali bersilahturohmi kepada warga atau mencari oleh - oleh khas penyinggahan yaitu Kerupuk Ikan 
 sambutan hangat oleh warga penyinggahan pagi itu ,mereka senang dengan adanya kegiatan negelemba sehingga kampungnya bisa ramai dan dikenal oleh masyarakat luas .
sandainya pemerintah kreatif mungkin danau jempang akan menjelma sebua dinasti wisata alam dan budaya serta akan dampat memberikan manfaat perekonomian warga sekitar.

untuk selnajutnya kita akan bahas tentang kecamatan penyinggahan -kutai barat 

terima kasih telah berkunjung di blogs ini 
 salam ngelemba

Semoga Kabut asap akan segara berakhir 
Merindukan Hujan 


silahkan baca juga edisi Ngelemba
http://jejakbudayaborneo.blogspot.co.id/2015/10/ngelemba-ke-danau-jempang-kenohan.html
http://jejakbudayaborneo.blogspot.co.id/2015/10/penyingahan-kutai-barat-ngelemba.html

0 komentar: