Sabtu, 06 Februari 2016

Memungut Sehelai Sampah di aliran sungai karang Mumus

Karakteristik  bangsa Indonesia salah staunya adalah gotong royong, kita mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya. Akan tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak mau kepribadian tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan asaing yang lebih mementingkan individualisme.Sesungguhnya budaya gotong-royong merupakan kekuatan besar budaya masyarakat yang perlu dikembangkan terus di negeri ini”.
Setelah melaksanakan kegiatan kaderisasi Anggota baru jejak budaya tahun 2016 yang di adakan di desa berambai pada Tanggal 30 - 31 januari 2016. kami mendapatkan Informasi dari salah satu pembina kami bahwa telah ada seorang yang bernama bapak Miswan mengadakan gerakan "memungut sehelai sampah di karang Mumus -Kota samarinda. Langsung tanpa berpikir panjang rekan - rekan Jejak Budaya yang berdomilsi di Samarinda ( pendatang sebagai mahasiswa ) melakukan Koordinasi dengan bapak Miswan ,yang akhirnya pada Tanggal 3 Februari 2016 rekan -rekan Jejak budaya bergabung dengan bapak misman.yang di mana beliau selalu memfasilitasi setiap hari bagi semua komunitas /masyarakat yang mau ikut dalam gerakan memungut Seheleai sampah.setelah bebrapa hari melakukan kegiatan tersebut selanjutnya kami hadir dengan jumlah yang maksimal dengan di hadiri perwakilan angota Jejak Budaya dari Berbagai daerah termasuk Tenggarong ,Balikpapan ,Sindang dan Bontang ,untuk bergabung bersama rekan -rekan yang ada di samarinda.
sabtu 06 Februari langit kota samarinda sangat bersahabat ,kami berkumpul di Pangkalan Pungut di sisi Sungai karang Mumus ,di karenakan armada gubang ( perahu ) yang di miliki terbatas ,sedangkan jumlah kami 25 orang maka pelaksanaan menyusuri sungai karang Mumus di lakukan bergantian ,dan sebagian dari kami menyisir area pinngir sungai memalui jalan darat 
Sungai Karang Mumus adalah nama sungai yang membelah Kota SamarindaKalimantan Timur.Sungai Karang Mumus merupakan anak Sungai Mahakam yang memiliki panjang aliran 34,7 kilometer.Sungai Karang Mumus menjadi salah satu jalur trasportasi air bagi warga yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Karang Mumus, selain itu juga menjadi sumber aktifitas mencuci, mandi, dan aktivitas lainya. Walaupun akhir-akhir ini, sesuai dengan intruksi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Samarinda kualitas air Sungai Karang Mumus tidak lagi layak untuk digunakan akibat pencemaran limbah rumah tangga yang melebihi ambang normal.
Berdasarkan cerita bahwa sungai Karang Mumus adalah bagian terpenting dalam perkembangan kota Samarinda yang menjadi Ibukota Provinsi kalimantan Timur, berwal ketika orang-orang bugis Wajo dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona hijrah dari kerajaan Gowa ke daerah kerajaan Kutai menetap sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) sebagai pemukiman baru mereka. Inilah cikal bakal kota Samarinda dan awal mula diperkenalkan nama Samarenda/Samarinda, yang pada akhirnya berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda nomor : 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi ditetapkan sebagai hari jadi Kota Samarinda pada tanggal 21 Januari 1668 M.
Sungguh sangat di sayangkan apabila Sungai yang bagian dari sebuah perjalanan sejarah pada akhirnya menjadi alih fungsi menjadi tempat sampah ,dan hal terpenting lagi bahwa sungai karang Mumus merupakan sumber kehidupan bagi warga sekitarnya,Walau pembangunan dan penanaman pohon di pinggir aliran Sungai terlah di laksanakan namun tak akan bisa mengurangi beban sampah yang terus menerus di lakukan manusia .
Sebuah pemandangan yang sangat miris di karang Mumus ,namun kami salut terhadap dedikasi bapak Miswan yang terus menggelorakan semangat atas kesadaran untuk bersama membersihkan airan Sungai karang Mumus. 
ketika kami melakukan kegiatan Memungut sehelai sampah banyak  kotoran rumah tangga yang di buang ke sungai ,sisa -sisa makan yang di bugkus dala kresek hingga muncul belatung ,ban bekas,Pembalut wanita ,Bantal ,dan belum lagi bangkai seperti tikus dll,
Kami juga melihat ,menykasikan kurang sadarnya warga sekitar ketika ada kegaitan seperti ini ,seolah menjadi sebuah tontonan - hal ini apabila di kaitkan dengan Nilai - nilai budaya bangsa indonesia sangat mengalami penurunan, dimana rasa tolong - menolong,tepo seliro ,sudah tergerus dalam laju pertumbuhan Globaliasasi,padahal di samping bangkai mereka ( warga ) mengambil air untuk keperluan hidup. 











sungai Karang Mumus juga menjdai tempat bermain ,mandi dan berbagi cerita 



semoga dengan langkah keil ini mampu memberikan semnagat untuk mengembalikan budaya Gotong royong  karena pada prinsipnya ;Saat bergotong royong terjadi sinergi antar-partisipator sehingga kegiatan berjalan lancar, lebih hemat biaya dan memberikan kebanggaan khusus bagi yang terlibat.  Selain itu, gotong royong merupakan ejawantah dari kepedulian dan kepekaan sosial. Untuk itu, gotong royong perlu terus didorong dan dilaksanakan agar tidak terkikis budaya individulistis yang tidak sensitif terhadap keadaan lingkungan.
Maka dengan demikian, hendaknya program pemerintah terhadap pembangunan daerah harus mencakup upaya peningkatan rasa keadilan, pengembangan partisipasi masyarakat dan suatu sistem sosial politik yang demokratis, serta untuk menjaga dan memperkokoh kesatuan bangsa dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
Di sisi lain, dalam lingkup hubungan individu, kita sebagai masyarakat timur sangat perlu mengembangkan kembali rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Dalam tataran ini, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat diperlukan sebagai pelopornya. Kalau kedua hal tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka tidak mustahil, cita-cita dan harapan bangsa dan masyarakat Indonesia sebagai bangsa dan pribadi yang luhur dan bersatu dalam kebersamaan akan tercapai. Allahu a’lam.



Bersilah Mata Air kami jangan ada lagi Air Mata 

Daftar Pustaka :wikipedia dan Indra Puri

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Semoga apa yang dilakukan kawan-kawan perlahan membawa hasil, kawan-kawan mendapat motivasi dari beberapa pihak mengatakan "Sungai Karang Mumus" tidak akan bersih dan sebagainya, tapi kawan-kawan JEJAK BUDAYA termotivasi untuk melakukan aksi turun langsung ke Sungai,dan ini yang patut diteladani oleh masa sekitar dengan membantu tidak membuang sampah di sungai lagi. Seandainya ada donatur untuk yang membuatkan plang bertulisakan beranekaragam agar Masyarakat dari hulu dan hilir tidak membuang sampah di sungai. Semoga kawan-kawan Jejak Budaya mempunyai ide untuk mencari donatur di instansi terkait wilayah Kota Samarinda dan sekitarnya. Sa... Sa... Sallllluuuuutttt untuk kawan-kawan JEJAK BUDAYA yang perduli lingkungan.