Indonesia Penggalan Surga

mencintai Tanah Air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal. Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itu Kami naik gunung

Atas nama Cinta

Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis.

Terimalah salamku dari Timur Borneo

Kearifan lokal adalah jati diri bangsa

Terimalah salamku dari timur borneo

Jejak telah di langkahkan seribu kehendak harus terlahirkan,pada jejak kami belajar ,alam adalah pengikat budaya

Atas nama Cinta

Tinggalkanlah jejak yang bermakna, maka bukan saja kehidupan anda yang akan menjadi lebih baik tapi juga kehidupan mereka yang mengikutinya.

Minggu, 13 September 2015

Tari Kreasi Pedalaman " Kat Tuyutn " dalam Festival Borneo

Tarian ini menceritakan tentang aktivitas masyarakat dayak tonyoi/benuaq 
Di mana di dalamnya ada berburu ,meramu serta bercocok tanam semua itu tercipta kesetaraan dengan alam sekitarnya 
Dayak Benuaq Kab.Kutai Bara



Panta tari :Dewi Nurhahayati
Penata Musik :Mariana Lubis

Penanaman mangrove di Manggrove Park Bontang

Doumentasi  HP 


























Pengertian Jejak Budaya

Jejak - adalah sesuatu bekas atau tanda yang sengaja di tinggalkan atau tertinggal, yang memberikan tanda pada kejadian masa lalu, tergantung pada penempatannya.
Jejak kaki - bekas telapak kaki yang tertinggal dari makhluk ketika menginjakkan kakinya di tanah atau pasir, kata jejak juga bisa merujuk pada sifat seseoang atau benda atau kejadian - kejadian masa lalu

Masa lampau telah berlalu, begitu pula kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang hanya sekali terjadi. Karenanya, semua itu tidak akan bisa di jumpai lagi, dan memang tidak bisa di ulang kembali. Dengan demikian kita tidak akan bisa menyaksikan lagi apa yang sudah lalu dan mengamati secara langsung sebagai objek. Jangankan yang terjadi di masa silam, yang beberapa menit baru - baru ini terjadipun tidak akan bisa. Meskipun demikian, apa yang dianggap sudah lampau tidaklah sepenuhnya lenyap walaupun hanya tinggal bagian - bagian, kepingan-kepingan atau kesan-kesannya saja, kejadian atau peristiwa sebagai totalitas tidak mungkin di dapat di tangkap seluruhnya oleh manusia. Dan sebagai totalitas memang tidak di perlukan, karena manusai hanya memerlukan bagian - bagian tertentu yang dipandangnya penting atau berarti ( Soeri Soeroto ,1980 )

Kejadian atau peristiwa yang lenyap itu bisa juga sampai pada kita karena meninggalkan jejak relik atau vestigum. Adanya apa yang disebut jejak sebagai peninggalan kejadian sangat tergantung pada keadaan. Dalam artian jejak yang memang ada atau memang belum di temukan. Semakin tinggi kesadaran orang akan sejarah semakin cenderung untuk menghimpun jejak -jejak kejadian yang di anggap penting, karena jejak masa lampau kita bisa menghimpun informasi untuk menjadikan komponen penting dan dijadikan teladan tentang apa yang dianggap pernah terjadi untuk sampai pada generasi - genarasi berikutnya. Dilihat dari sampainya jejak -jejak tersebut pada kita, maka dibedakan anatara :
  1. Jejak yang tidak disengaja ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian untuk diketahui dan digunakan.
  2. Jejak yang secara sengaja dan sadar dipelihara dan teruskan untuk menjadi bahan informasi kepada generasi pewarisnya baik dalam bentuk artefak, tulisan maupun nilai -nilai dalam menjalani hidup dengan meneladani.
Hidup bagaikan berjalan di gurun pasir dalam kegelapan. Bila ingin mengetahui yang sebelumnya lewat apakah sapi atau manusia, kita melihat jejak-jejak kaki yang tersisa. Di gurun pasir, ada jejak-jejak kaki lengkap dengan maknanya. Demikian juga dengan hidup, ia menyisakan jejak-jejak makna. Sayangnya, jejak-jejak makna ini hanya bisa dilihat, dibaca, dan dimaknai oleh mereka yang telah membuka jendela kepekaan. Bila jendela kepekaan telah terbuka, jangankan kelebihan, kekurangan yang paling memalukan sekalipun bisa meninggalkan jejak-jejak makna yang berguna. Jangankan lahir cantik dan menarik, lahir jelek sekalipun bisa menyingkirkan jejak-jejak makna yang amat berarti. Jangankan sukses, gagal pun bisa membentuk pola-pola jejak makna yang berharga. Indahnya, ketika jejak-jejak makna ini terlihat, terbaca, dan diikuti dengan tekun, ada sejumlah pintu kehidupan terbuka. Salah satunya adalah pintu kebahagiaan! Seperti Ibu yang lama ditinggalkan putri kesayangannnya, rumah kebahagiaan membukakan pintu, melemparkan senyuman, mengundang dekapan dan pelukan: "Ibu rindu kamu, ( buku jejak makna terbitan 2004 )

Budaya : adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain
Kebudayaan :
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Budaya dan Kebudayaan
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara budaya dan kebudayaabn adalah bahwa budaya itu merupakan cipta, rasa dan karsa suatu masyarakat. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa tersebut.

Dalam hal ini menulis mencoba mengahantar sampai disini tentang definisi tentang jejak, budaya dan kebudayaan, untuk mengetahui tentang wujud, perubahan, penyebaran kebudayaan mungkin akan kita bahas di lain waktu, atau bisa mencari di berbagai buku atau di media media online.



Berangkat dari pengertian di atas, tentang jejak dan budaya, dengan kesadaran ingin mengetahui, belajar memahami akan tanda-tanda adanya budaya masa lalu yang terus menerus digerus oleh arus modernisasi dan globalisasi  yang membuat terlena para generasi masa kini  untuk tahu tentang sebuah rute perjalanan waktu, sejarah budaya leluhur.
Terbentuknya Jejak Budaya
Pada awal jejak budaya terbentuk dari sebuah gagasan Event untuk menelusuri keberadaan suku Dayak Kenyah yang berada di desa budaya Lekaq Kidau, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara ( postingan sebelumnya ). yang kini berubah menjadi sebuah keluarga yang kebanyakan terdiri dari para pencinta alam dari berbagai daerah di Kalimantan Timur,yang bermarkas di Kota Tenggarong tepatnya di jalan Kartini No 45. ( markas Kukar Kreatif ). Keluarga jejak budaya punya slogan " Alam adalah pengikat Budaya " karena pada dasarnya budaya terlahir dari interaksi manusia sebagai pencipta kebudayaan dengan alam.

Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dengan penuh kebaikan,  manusia tercipta sebagai mahluk sempurna dengan di bekali akal,pikiran dan nurani untuk mengolah, memanfaatkan alam dengan sebijak-bijaknya. Namun manusia jugalah yang menghancurkannya dengan menanam keegoisan dan memanen dengan kerakusan.

Adapun tujuan keluarga jejak budaya adalah belajar pada jejak akan budaya, karena wujud budaya bukan hanya dalam bentuk nyata ( artefak ) namun dalam budaya ada nilai yang tak berwujud yakni paramater nilai-nilai yang di ambil dari adat istiadat, Agama, tradisi, Moralitas  para leluhur Bangsa. Hilangnya paramater nilai : Sopan santun, tata krama, kebaikan, kejujuran, ketulusan, gotong royong, pantas tidak pantas, baik dan tidak baik. Batasan-batasan nilai inilah yang sekarang mulai terabaikan oleh generasi masa kini, lunturnya kebanggaan terhadap karya anak negeri, munculnya kebanggaan dengan bahasa lain, dan pembenaran-pembenaran atas nama globalisasi.

Keluarga jejak budaya memahami bahawa Budaya bersifat dinamis, cair artinya selalu berubah dan mengalir, namun dalam budaya ada hal yang bersifat padat dan harus di jadikan pondasi yang harus kita bawa dalam kancah apapun : sosial, politik, ekonomi, pemerintahan, yaitu parameter nilai. Yang di sebutkan di atas, jadilah artis, selebritis, bupati, gubernur hingga presidenpun harus ada kandungan nilai sebagai jati diri anak bangsa, karena Nilai itu tertuang dalam sila -sila Pancasila.

Keluarga jejak budaya hanyalah sebuah gerakan kecil di antara lalu-lalangnya kehidupan pragmatis, dengan mengadakan perjalanan ( bukan jalan -jalan ) di berbagai tempat, di harapkan mampu menggunakan seluruh panca indra untuk melihat, mendengar, merasakan kandungan makna yang tersistematis pada alam untuk mengenal jati diri, untuk menyusuri jejak, hingga meninggalkan jejak.

Dengan adanya perjalanan di berbagai tempat di pedalaman di Kalimantan Timur semoga bisa memberikan informasi dan pelajaran dan pengalaman, guna membantu memasarkan produk kerajinan tangan masyarakat pedalaman yang hampir kurang tersentuh.

Akhir kata saya ( penulis ) mengucapkan dan mendoakan kepada seluruh kelurga jejak budaya di manapun berada, selamat berjuang dalam kerangka kesederhanaan dan kebersaamaan, munculkan kepekaan sosial, rasa cinta kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan, agar kita semua mendapatkan Cinta-Nya, Tuhan Yang Besar dan Maha Agung.

Jangan pernah lelah untuk melakukan perjalanan 

salaam budaya



Tenggarong 14 september 2015 




Sabtu, 12 September 2015

Putri Pariwisata Kaltim












Borneo Animal

Tarian ini  cerminan kehidupan masyarakat dayak di pedalaman ulu sungai mahakam,yang menggambarkan kwatiran serta perasaan masyarakat pedalaman di ulu sungai mahakam.,masa depan hutan dan satwa yang ada di kalimantan harus di jaga serta di lindungi,karena hari demi hari ,bulan demi bulan dan tahun ke tahun ,hutan satwa di kalimnatan semakin berkurang dan punah akibat para pemburu dan penebangan liar.
Hanya ROH Tipang ( dewa yang berwujud hewan ) melalui Rupa atau wujud para Hudoq dari appo lagaan yang dapat memberikan semanat serta kekuatan kepada amsyarakat demi membntu melestarikannya kembali ,karya ini simbol dengan gerak gerak mahluk hidup,hewan,manusia serta tumbuhan


Tarian ini di tampilkan Oleh kabupaten Mahakam Hulu
dalam rangka Festival Borneo 2015
di Gor Madya Sempaja Samarinda















JAM NII ROOM

Merupakan salah satu benda cagar budaya yang ada di Kota Tenggarong.pembangunan ini di maksudkan untuk memperingati pertunangan putri Juliana dan Pangeran BenharVant Bestervelt yang berlangsung pada Tgl 8 sepetember 1936 di Amsterdam.
Bangunan ini tidak besar dan sangat sederhana terletak di Jl.Monumen timur - sebelah masjid Jami Tenggarong.
Rute waktu perjalanan: masa silam ,masa kini dan masa depan .
Belajar sejarah dan munculkan kepekaan
Jam Nii Room 

Sejarah Jejak Budaya

Pada awalnya Jejak Budaya adalah sebuah kegiatan yang di selenggarakan Oleh Teruna Dara ( TERA ) Kukar dan Badan Pengurus Kabupten ( BPK ) Oi Kutai Kartanegara dengan Dukungan dari Kukar Kreatif,Trial Distro,Lenskraf 
( lensa Kreatif ),Bikin Pilem,LDC dan Createez . dengan Tema " Jejak Budaya di Desa  budaya Lekaq Kidau " yang di laksanakan pada Tanggal 28 Februari s/d 1 Maret 2015 bertempat di Desa Budaya Lekaq Kidau  Kecamatan Sebulu - kabupaten Kutai kartanegara.


Tujuan di adakan Kegaitan Jejak Budaya di desa Lekaq kidau adalah ;untuk mengenal.mempelajari kebudayaan suku dayak kenyah yang ada di Desa budaya lekaq kidau ,yang pada akhirnya akan muncul rasa kepeduliaan di kalangan genarasi muda untuk ambil bagian dalam pelestarian budaya lokal sebagai jati diri bangsa ,serta memberikan dukungan motivasi kepada warga lekaq kidau untuk terus mempertahankan kebudayaan di tengah derasnya arus modernisasi agar predikat sebagai Desa Budaya benar - benar dapat di pertahankan hingga berkembang untuk lebih bisa  mendatangkan wisatawan Lokal,nasional hingga Internasional 

Adapun kegiatan jejak Budaya di desa budaya lekaq kidau sebagai berikut :

Diskusi Budaya 

Jumlah Peserta yang mengikuti jejak budaya di desa budaya lekaq kidau berjumlah 100 orang yang terdiri dari berbagai komunitas ,organiasai pecinta alam,dholpin,mahasiswa ,pelajar yang berasal dari berbagai kabupaten/kota yang ada di Kaltim bahkan ada beberapa peserta yang dari luar pulau kalimantan seperti Surabaya,Lumajang bahkan banda Aceh.pada awalnya seluruh peserta maupun panitia akan mendirikan tenda di lapangan yang berada di tenggah desa,di karenakan banjir pada waktu itu akhirnya seluruh peserta dan panitia menginap di LAMIN 
2 Orang penggagas Jejak Budaya
Terlepas dari itu semua ide jejak budaya berangkat dari seorang Dhipa yang merupakan sekretaris dari Teruna dara ( duta wisata ) Kukar dan Cikal sebagai ketua badan pengurus Oi Kutai Kartanegara.yang mana Dhipa mempunyai gagasan untuk mempererat tali silahturohmi anntar organisasi kepemudaan yang ada di Tenggarong khsususny dengan konsep memperkenalkan objek wisata yang ada di kota Tenggarong,dengan melakukan tracking dari musium -hingga bukit biru dengan Clue yang memperkenalan objek wisata maupun sejarah,yang kemudian di share kepada cikal,yang kemudian cikal juga punya gagasan tersendiri yaitu ingin mengangkat sebuah desa budaya yang mana sudah hampir tak terdengar ketika tidak ada event dari pemerintah dengan mengdakan diskusi budaya juga kemping.
Akhinya mereka berdua sepakat untuk menggabungkan ide - idenya,yang mana pada awalnya cikal membuat proposal dengan nama napak tilas budaya -dan di gantinya menjadi " Jejak Budaya" di tujukan kepada kepala desa Lung Anai .pada tanggal 5 Januari mereka berdua berangkat survei ke desa lung Anai dengan beberapa kali tanya pada penduduk sekitar.( sama - sama tidak tahu )
Gerbang desa budaya Lung Anai 
Setelah tiba di desa budaya Lung Anai ada beberapa hal yang tidak cocok dengan mereka,kondisi desa yang beranjak ke modernisasi juga kurangnya aktivitas peduduk yang mencerminkan kebudayaan suku dayak Kenyah,walaupun ada beberap bangunan yang khas suku dayak,namun kondisi alam untuk kegiatan games dan tracking kurang mendukung.akhirya rencana ini kemudian di sampaikan kepada pengurus maupun anggota Teruna dara dan Oi Kukar untuk selanjutnya menentukann tempat, waktu itu ada dua alternatif yaitu desa Pondok Labu ( dayak benuaq ) dan desa lekaq Kidau ( dayak Kenyah ).kegiatan ini juga di sampaikan oleh cikal kepada bapak Erwan Riyadi sebagai Owner Kukar kreatif sekaligus pembina ke 2 organisasi tersesbut. berdasarkan masukan dan kesepakatan dari berbagai pihak ,kemudian Dhipa dan cikal  dengan di temani cakui dan Novi pada tanggal 8 januari melakukan survai ke desa Lekaq Kidau ,lagi -lagi mereka semua belum pernah sama sekali ke desa tersebut.namun tekadlah yang membawa mereka ke desa budaya Lekaq Kidau - Kecamatan Sebulu.
setelah sampai desa mereka melakukan survei mulai dari tempat kemping,tracking,fun games,hingga tempat mandi.akhirya mereka sepakat untuk mengadakan kegiatan Jejak Budaya -1 di desa budaya lekaq kidau.dan siap untuk menentukan kepanitiaan dan melakukan survei selanjutnya untuk melakukan pembicaraan baik kepala suku maupun kepal desa.

Untuk Pembuatan logo gagasan muncul dari cikal yang kemudian di desain oleh Beni dengan beberpa kali ganti.
adapun makna Logo itu adalah,
1.gambar Orang dayak berjalan : Sebagai perlambang bahwa suku dayak dulu adalah pengembara yang mencari tempat -tempat yang subur yang sangat memahami alam di kalimantan 
2.warna :hijau sebagai lambang semangat akan harapan baru tumbuhnya tunas -tunas muda yang mau belajar,memahami dan ikut melestarikan budaya bangsa dengan menjunjung tinggi kearifan lokal sebagai jati diri 
3.warna orenge :sebai lambang kegembiraan atau keceriaan dengan harapan semua yang ikut dalam kegiatan mempelajari jejak dengan seuasana gembira dengan menjunjung tinggi nilai - nilai kebersamaan dan kekeluragaan.
4.garis putih : semoga apa yang di lakukan rekan - rekan semua berngkat dari hati yang suci sebagai bentuk pengabdian 

pertama survei ke desa Lekaq Kidau 
Hingga pada akhirnya Jejak Budaya bertransformasi dari sebuah event menjadi sebuah kelurga yang ada di beberpa Kota /kabupaten di kalimantan timur,hingga terlaksananya jejak budaya ke -2 dengan mengambil tema " Exploring Erau " 
selain itu kegiatan juga sering di adakan untuk mengenal alam dan budaya lebih dekat seperti melakukan kegiatan sebagai berikut :
  1. Kodar Jb  saling,bicara,tukar cerita dan berbagi rasa : danau may hart - Sindang - Muara jawa
  2. kemah ceria : lokasi Pantai muara jawa,Goa Angin ( Taman Nasional Kutai ).pantai Beras basah ( Bontang )
  3. Memungut Harapan : sebuah kegiatan memungut sampah dan penanaman bibit pohon di puncak bukit biru - desa Sumbersari kec,Loa Kulu
  4. Mengenal Jati Diri : kemah di 3 air terjun di kecamatan kota bangun desa kedang Ipil 
  5. Kemah Bebaya :Pantai tanjung harapan Samboja 
  6. Kemah Ramdhan : di kota Bontang ( mangrove park salleba )
  7. Kemah di Air terjun Berambai ( samarinda ) dll
Dalam setiap kegiatan kemah selalu di adakan kerja bakti pungut sampah dan diskusi budaya.
setidaknya kegiatan keluarga jejak budaya sebagai ajang silahturohmi dan lebih memahami alam dan menjaganya karena pada dasarnya Budaya Itu bersfiat Dinamis artinya terus adanya perubahan ,namun dalam Budaya terkandung Nilai yang tak dapat photo dan menjadi pondasi ,Yaitu paramater Nilai yang " etika ,sopan santun,tata krama ,saling menghormati,Moral ,estetika " yaang merupakan warisan dari para leluhur bangsa yang tercemin dari agama ,tradisi adat istiadat .dan Itulah jati diri kita sebagai anak bangsa 

Demikin yang dapat penulis sampaikan ,terima kasih kepada Dhipa dan cikal terutama yang telah mengawali adanya jejak budaya di kalimantan timur ,serta seluruh saudara - saudara Jb semua yang hingga detik ini masih terus berada dalam lingkaran.

Perjalanan kita masih panjang di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang mana kebenaran terkadang menjadi suram - di sebabkan mulai Hilangnya parameter Nilai budaya.
kurang lebihnya minta maaf yang sebesar -besarya.

wassalam 


penulis Jb
Tenggarong 1 september 2015