Minggu, 13 September 2015

Pengertian Jejak Budaya

Jejak - adalah sesuatu bekas atau tanda yang sengaja di tinggalkan atau tertinggal, yang memberikan tanda pada kejadian masa lalu, tergantung pada penempatannya.
Jejak kaki - bekas telapak kaki yang tertinggal dari makhluk ketika menginjakkan kakinya di tanah atau pasir, kata jejak juga bisa merujuk pada sifat seseoang atau benda atau kejadian - kejadian masa lalu

Masa lampau telah berlalu, begitu pula kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang hanya sekali terjadi. Karenanya, semua itu tidak akan bisa di jumpai lagi, dan memang tidak bisa di ulang kembali. Dengan demikian kita tidak akan bisa menyaksikan lagi apa yang sudah lalu dan mengamati secara langsung sebagai objek. Jangankan yang terjadi di masa silam, yang beberapa menit baru - baru ini terjadipun tidak akan bisa. Meskipun demikian, apa yang dianggap sudah lampau tidaklah sepenuhnya lenyap walaupun hanya tinggal bagian - bagian, kepingan-kepingan atau kesan-kesannya saja, kejadian atau peristiwa sebagai totalitas tidak mungkin di dapat di tangkap seluruhnya oleh manusia. Dan sebagai totalitas memang tidak di perlukan, karena manusai hanya memerlukan bagian - bagian tertentu yang dipandangnya penting atau berarti ( Soeri Soeroto ,1980 )

Kejadian atau peristiwa yang lenyap itu bisa juga sampai pada kita karena meninggalkan jejak relik atau vestigum. Adanya apa yang disebut jejak sebagai peninggalan kejadian sangat tergantung pada keadaan. Dalam artian jejak yang memang ada atau memang belum di temukan. Semakin tinggi kesadaran orang akan sejarah semakin cenderung untuk menghimpun jejak -jejak kejadian yang di anggap penting, karena jejak masa lampau kita bisa menghimpun informasi untuk menjadikan komponen penting dan dijadikan teladan tentang apa yang dianggap pernah terjadi untuk sampai pada generasi - genarasi berikutnya. Dilihat dari sampainya jejak -jejak tersebut pada kita, maka dibedakan anatara :
  1. Jejak yang tidak disengaja ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian untuk diketahui dan digunakan.
  2. Jejak yang secara sengaja dan sadar dipelihara dan teruskan untuk menjadi bahan informasi kepada generasi pewarisnya baik dalam bentuk artefak, tulisan maupun nilai -nilai dalam menjalani hidup dengan meneladani.
Hidup bagaikan berjalan di gurun pasir dalam kegelapan. Bila ingin mengetahui yang sebelumnya lewat apakah sapi atau manusia, kita melihat jejak-jejak kaki yang tersisa. Di gurun pasir, ada jejak-jejak kaki lengkap dengan maknanya. Demikian juga dengan hidup, ia menyisakan jejak-jejak makna. Sayangnya, jejak-jejak makna ini hanya bisa dilihat, dibaca, dan dimaknai oleh mereka yang telah membuka jendela kepekaan. Bila jendela kepekaan telah terbuka, jangankan kelebihan, kekurangan yang paling memalukan sekalipun bisa meninggalkan jejak-jejak makna yang berguna. Jangankan lahir cantik dan menarik, lahir jelek sekalipun bisa menyingkirkan jejak-jejak makna yang amat berarti. Jangankan sukses, gagal pun bisa membentuk pola-pola jejak makna yang berharga. Indahnya, ketika jejak-jejak makna ini terlihat, terbaca, dan diikuti dengan tekun, ada sejumlah pintu kehidupan terbuka. Salah satunya adalah pintu kebahagiaan! Seperti Ibu yang lama ditinggalkan putri kesayangannnya, rumah kebahagiaan membukakan pintu, melemparkan senyuman, mengundang dekapan dan pelukan: "Ibu rindu kamu, ( buku jejak makna terbitan 2004 )

Budaya : adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain
Kebudayaan :
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Budaya dan Kebudayaan
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara budaya dan kebudayaabn adalah bahwa budaya itu merupakan cipta, rasa dan karsa suatu masyarakat. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa tersebut.

Dalam hal ini menulis mencoba mengahantar sampai disini tentang definisi tentang jejak, budaya dan kebudayaan, untuk mengetahui tentang wujud, perubahan, penyebaran kebudayaan mungkin akan kita bahas di lain waktu, atau bisa mencari di berbagai buku atau di media media online.



Berangkat dari pengertian di atas, tentang jejak dan budaya, dengan kesadaran ingin mengetahui, belajar memahami akan tanda-tanda adanya budaya masa lalu yang terus menerus digerus oleh arus modernisasi dan globalisasi  yang membuat terlena para generasi masa kini  untuk tahu tentang sebuah rute perjalanan waktu, sejarah budaya leluhur.
Terbentuknya Jejak Budaya
Pada awal jejak budaya terbentuk dari sebuah gagasan Event untuk menelusuri keberadaan suku Dayak Kenyah yang berada di desa budaya Lekaq Kidau, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara ( postingan sebelumnya ). yang kini berubah menjadi sebuah keluarga yang kebanyakan terdiri dari para pencinta alam dari berbagai daerah di Kalimantan Timur,yang bermarkas di Kota Tenggarong tepatnya di jalan Kartini No 45. ( markas Kukar Kreatif ). Keluarga jejak budaya punya slogan " Alam adalah pengikat Budaya " karena pada dasarnya budaya terlahir dari interaksi manusia sebagai pencipta kebudayaan dengan alam.

Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dengan penuh kebaikan,  manusia tercipta sebagai mahluk sempurna dengan di bekali akal,pikiran dan nurani untuk mengolah, memanfaatkan alam dengan sebijak-bijaknya. Namun manusia jugalah yang menghancurkannya dengan menanam keegoisan dan memanen dengan kerakusan.

Adapun tujuan keluarga jejak budaya adalah belajar pada jejak akan budaya, karena wujud budaya bukan hanya dalam bentuk nyata ( artefak ) namun dalam budaya ada nilai yang tak berwujud yakni paramater nilai-nilai yang di ambil dari adat istiadat, Agama, tradisi, Moralitas  para leluhur Bangsa. Hilangnya paramater nilai : Sopan santun, tata krama, kebaikan, kejujuran, ketulusan, gotong royong, pantas tidak pantas, baik dan tidak baik. Batasan-batasan nilai inilah yang sekarang mulai terabaikan oleh generasi masa kini, lunturnya kebanggaan terhadap karya anak negeri, munculnya kebanggaan dengan bahasa lain, dan pembenaran-pembenaran atas nama globalisasi.

Keluarga jejak budaya memahami bahawa Budaya bersifat dinamis, cair artinya selalu berubah dan mengalir, namun dalam budaya ada hal yang bersifat padat dan harus di jadikan pondasi yang harus kita bawa dalam kancah apapun : sosial, politik, ekonomi, pemerintahan, yaitu parameter nilai. Yang di sebutkan di atas, jadilah artis, selebritis, bupati, gubernur hingga presidenpun harus ada kandungan nilai sebagai jati diri anak bangsa, karena Nilai itu tertuang dalam sila -sila Pancasila.

Keluarga jejak budaya hanyalah sebuah gerakan kecil di antara lalu-lalangnya kehidupan pragmatis, dengan mengadakan perjalanan ( bukan jalan -jalan ) di berbagai tempat, di harapkan mampu menggunakan seluruh panca indra untuk melihat, mendengar, merasakan kandungan makna yang tersistematis pada alam untuk mengenal jati diri, untuk menyusuri jejak, hingga meninggalkan jejak.

Dengan adanya perjalanan di berbagai tempat di pedalaman di Kalimantan Timur semoga bisa memberikan informasi dan pelajaran dan pengalaman, guna membantu memasarkan produk kerajinan tangan masyarakat pedalaman yang hampir kurang tersentuh.

Akhir kata saya ( penulis ) mengucapkan dan mendoakan kepada seluruh kelurga jejak budaya di manapun berada, selamat berjuang dalam kerangka kesederhanaan dan kebersaamaan, munculkan kepekaan sosial, rasa cinta kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan, agar kita semua mendapatkan Cinta-Nya, Tuhan Yang Besar dan Maha Agung.

Jangan pernah lelah untuk melakukan perjalanan 

salaam budaya



Tenggarong 14 september 2015 




0 komentar: