Senin, 14 Maret 2016

Ritual Pelekatan dan Pengukuhan Nama oleh Suku Dayak Modang

Tanggal 13 maret 2016 tim Jejak Budaya berangkat dari kota Tenggarong menuju kebun raya yang terletak di daerah Samarinda. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 60 menit akhirnya kami sampai di kebun raya Samarinda. Setelah membayar tiket masuk sebesar 10 ribu rupiah/orang dan di tambah 2 ribu rupiah untuk satu motor. Tim Jejak Budaya langsung menuju tempat di mana acara ritual suku Dayak Modang.
Kedatangan kami ( tim Jb ) agak terlambat karena pelaksanaan ritual adat sudah di laksanakan. Namun kami berkesempatan melakukan wawancara dengan bapak F Jiu Luay selaku pemangku adat suku dayak Modang.
Berikut pemaparan tentang ritual adat pelekatan dan pengukuhan nama suku Dayak Modang oleh bapak F.Jiau Luay

Prosesi diawali dengan ritual Nen Kaeg Heig Metae atau permohonan kepada Yang Maha  kuasa yang oleh pemangku adat, doa-doa dengan menaruh sembilan telur ayam kampung ke ujung tiap-tiap tongkat bambu yang sudah ditancapkan berjejer. Di bagian bawah tongkat, terdapat sirih, rokok, dan beras. Kemudian seekor ayam jantan berwarna merah disembelih. Darahnya disangga dalam piring putih berisi beras dan telur, dengan diringi tetabuhan gong dan gendang. Masih menurut bapak F Jiu Luay untuk pelekatan nama ada beberapa tahapan setelah bayi dilahirkan yaitu :

Adat Jiah ialah nama sementara yang di berikan 6 hari setelah bayi di lahirkan, yang mana pemberian nama ini dapat di ambil dari nama tumbuhan, binatang atau situasi atau kondisi di mana mana bayi tersebut dilahirkan, sebagai contoh kalau yang lahir perempuan di malam hari bisa dengan nama Dam yang berarti malam, kalau yang lahir adalah bayi laki -laki menurut bapak F Jiu agak kesulitan karena harus menyesuaikan harapan orang tua. Setelah adat Jiah ( sementara ) kemudian masuk pada tahapan pelekatan nama  Me Et Jiem ( pelepasan ) ketika anak berumur 1 satu tahun dengan di lakukan pemotongan rambut. Hal ini di maksudkan untuk meninggalkan atau melenyapkan hal -hal bawaan lahir yang merugikan dalam kehidupan ( gaya lamban, gaya kaku, grogi ) maka ritual pemotongan rambut itu penting di lakukan agar masa pertumbuhan anak – anak menuju proses remaja agar menjadi manusia yang tangkas, kuat dan bermanfaat bagi kehidupan. Adapun pemberian nama pada ritual Me Et Jiem dapat diambil dari keturunannya bisa dari Datoqnya atau silsilah keluarganya, kecuali nama orang yang meninggal karena kecelakaan, bunuh diri itu tidak dapat di gunakan. Kemudian untuk menginjak dewasa ada pemberian nama permanen yang di sebut dengan ritual Net Leug atau memohon calon nama anak lewat sarana daun pisang ambon yang dibentuk segi empat berukuran 3×4 sentimeter sebanyak tiga rangkap. Dua potong daun pisang ambon lalu dipegang F Jiu dalam posisi berdiri. Sambil mengucap doa, daun tersebut dilempar ke atas dan dibiarkan jatuh ke tanah.
Apabila posisi daun dua-duanya telentang tertelungkup, berarti pertanda tidak, maka prosesi dilakukan lagi. Namun saat itu, posisi daun pisang satu telentang dan satu tertelungkup. Itu berarti nama yang sudah diajukan keluarga mendapat jawaban persetujuan leluhur yang kemudian dilanjut dengan acara pemotongan hewan korban bisa berupa babi atau di ganti dengan 2 ekor ayam jantan, ritual ini di sebut dengan Newang Jip ritual ini sebagai mediasiai atau penghantar kepada Tuhan. Setelah prosesi Newang Jip dilanjutkan dengan prosesi Ngawai yaitu sebuah prosesi untuk melakukan tarian bersama keluarga atau para tokoh dari sukud dayak Modang, hal ini sebagai simbol tahapan proses kehidupan alam fana hingga alam baka. Prosesi pemberian nama ditutup ritual penetral lingkungan, sebagai pembersih dari hal-hal yang akan mengganggu kehidupan.

Acara pada waktu siang itu di tutup dengan tarian Hodoq dayak modang .Hal ini menjadi pengalaman baru bagi kami untuk melihat penampilan Hudoq Modang. Pada prinsipnya Hudoq Modang sama dengan Hudoq dari suku dayak Bahau, cuma sedkit perbedaan terletak pada bentuk topeng ( jenis topeng binatang yang di gunakan ) dan musik pengiringnya.

Dalam rangkaian ritual tersebut kami sedikit memiliki bekal pengetahuan akan keanekaragaman budaya Indonesia, yang kini terus – menerus tergerus oleh perkembangan zaman. Namun dalam acara ritual pelekatan nama yang di lakukan oleh suku dayak Modang memiliki dimensi yang luar biasa dalam pola kehidupan yang terus bersinergi dengan alam dan sang pencipta-Nya, hal ini dapat di lihat dari berbagai perlengkapan atau sesaji yang telah disiapaka, rasa penghargaan terhadap sesama.
Dalam dimensi lain kita coba masuk pada pola pendidikan yang ingin di sampaikan melalui rangkaian kegiatan. Pendidikan anak dalam lingkungan keluarga merupakan awal dan pusat bagi seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk mencapai kedewasaan atau dapat disebut mencapai dirinya sendiri. Dapat dikatakan bahwa keluarga adalah “sekolah perkembangan anak”. Karena dalam keluarga tempat fasilitas anak untuk tumbuh dan berpola serta bertingkah laku. Dan dikatakan bahwa keluarga adalah “sekolah perkembangan anak” karena dalam lingkungan keluargalah seorang anak tumbuh dan bertingkah laku sesuai dengan keadaan lingkungan keluarga, yang berlangsung secara berkesinambungan menuju tingkat kedewasaan. Strategi yang baik dalam proses pembentukan moral adalah strategi yang dapat melahirkan metode yang baik pula. Sebab metode merupakan suatu cara dalam pelaksanaan strategi. Agama berperan penting bagi perkembangan moral anak. Untuk itu, menanamkan agama pada anak sejak dini sangat penting. Anak juga akan memahami agama yang dipeluknya secara jelas. Siapa pun pasti ingin melihat anaknya tumbuh menjadi orang sukses dan berakhlak mulia. Butuh kerja keras untuk mewujudkan keinginan tersebut. Tentunya mustahil kalau kita selaku orangtua hanya berpangku tangan, menunggu sampai saat itu tiba. Orangtua justru dituntut secara aktif membantu anaknya mencapai apa yang menjadi cita-citanya dan cita-cita mereka. Selain ilmu pengetahuan, pemahaman agama juga harus menjadi perhatian utama untuk mencetak anak berprestasi hebat dan mulia.

Jika konsep keagamaan telah diajarkan kepada anak sejak dini, kelak setelah dewasa anak akan mengetahui bahwa agama atau keyakinan bukan dijadikan sebagai potensi untuk menciptakan kerusuhan, melainkan merupakan potensi untuk diajak bersama melaksanakan ajaran demi kepentingan kemanusiaan. Karena seluruh agama selalu mengklaim diri sebagai penyelamat umat manusia, dan mengajarkan kebaikan kepada seluruh umatnya.


Pendidikan agama juga sangat penting karena bisa menumbuhkan sikap ideal agar bisa bekerja sama dengan agama atau keyakinan yang lain. Dalam cakupan pergaulan dengan bermacam-macam ideologi dan pandangan mengenai dunia, pendidikan agama bagi anak menjadi agen yang akan mempersiapkan anak untuk memasuki dialog tentang prinsip-prinsip kehidupannya sendiri secara terbuka, kelak ketika mereka semakin dewasa. Selain mengajarkan konsep beragama, anak juga harus dikenalkan dengan hak kebebasan beragama


Perwakilan JB saat wawancara bersama bapak F Jiu Liay

sebagai penutup penulis sedikit mengutip tulisan dari

Michele Borba, Ed.D. pakar psikolog memberi panduan bagi orangtua untuk membangun kecerdasan moral anak, dan Borba menyorot 7 kebajikan utama yang menjadi landasan bagi orangtua, yaitu : Empati – mampu mengidentifikasi dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, Nurani – mengetahui cara yang benar dan bertindak menurut cara tersebut, Kendali diri – mengendalikan pikiran dan tindakan agar tindakan kita sesuai dengan norma-norma yang benar, Rasa hormat – menghargai orang lain dengan memperlakukan mereka dengan hormat, Kebaikan hati – memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, Toleransi – menghormati martabat dan hak-hak semua orang, Adil – memilih untuk berpikiran terbuka dan bertindak berdasarkan prinsip keadilan. 

Semoga Bangsa Indonesia akan terus hadir anak -anak yang berwasan Luas sehingga tidak mudah diadu domba dikarenakan penyempitan -penyempitan Makna di atas keaneka ragaman Budaya bangsa




Tim Jb bersama Suku dayak Modang 

Penulis : Cikal
dokumentasi : Tim JB

0 komentar: